Plasma nutfah jeruk dan buah subtropika, telah memberikan dukungan yang berarti dalam kemajuan agroindustri perbenihan. Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika, sampai dengan TA 2013, telah mempunyai koleksi sebanyak 228 asesi jeruk, 73 asesi apel, 46 asesi anggur, 32 asesi lengkengdan 23 asesi stroberi. Dari 228 asesi jeruk terdiri dari 18 jenis jeruk, yaitu Grapefruit (C. paradisi), Keprok/Mandarin (C. reticulata), Siam (C. suhuiensis), Limau/Lime (C. limon), Manis/Sweet orange (C. sinensis), Jeruk Besar/Pamelo (C.grandis/maxima Merr), Jeruk purut (Citrus. hystrix), Nagami Kumquat (Fortunella margarita), Tangelo (C. reticulata x C. maxima), Tangor (C. reticulata x C. sinensis), Severenia (Citrus buxifolia), Citron (Citrus medica), Trifoliata (Poncirus trifoliata), Citrumello (P.trifoliata x C. maxima), Citrange (P.trifoliata x C. sinensis), Limnocitrus littoralis, Feroniella lucida dan lain-lain /tanaman F1 hasil persilangan. Dari hasil koleksi tersebut sampai saat ini yang telah dilepas/didaftarkan adalah : Keprok Batu 55, Siam Ponorogo, Pamelo Sri Nyonya, Pamelo Nambangan, Siam Pontianak, Siam Banjar dll; selanjutnya varietas-varietas tersebut menjadi materi dasar pengembangan jeruk dan buah subtropika di Indonesia.
Pengembangan investasi komoditas jeruk perlu mempertimbangkan potensi berbagai varietas jeruk keprok Indonesia, diantaranya (keprok Batu 55, keprok Garut dan keprok Soe), yang umumnya diusahakan di agroekosistem lahan kering dataran tinggi. Jeruk –jeruk keprok tersebut mampu bersaing dengan jeruk mandarin impor baik dari aspek penampakan luar/warna kulit buah maupun dari aspek rasa dan aroma daging buahnya (Achmad Suryana, 2007).
Sampai akhir tahun 2013, Balitjestro telah mengkoleksi 228 aksesi jeruk yang terdiri dari jenis jeruk komersial (Grapefruit, Keprok, Siam, Limau, Manis, Pamelo, Citron, jeruk purut), batang bawah (Trifoliata, Citrumelo, Citrange), kerabat (Nagami, Severinia, dan hasil persilangan (Tangelo,Tangor, hybrid) telah terkoleksi dan dimanfaatkan.
Peningkatan impor buah jeruk sebenarnya dapat dijadikan peluang pasar sekaligus peluang pengembangan jeruk keprok nasional. Besarnya peluang pengembangan jeruk keprok ini tidak lepas dari potensi yang kita miliki antara lain banyaknya sentra produksi jeruk, tingginya keragaman sumber daya genetik jeruk, ketersediaan varietas jeruk keprok nasional berkualitas tinggi termasuk ketersedian benihnya, teknologi yang telah dihasilkan, ketersediaan pasar serta kemauan pelaku agribisnis jeruk itu sendiri.
Gambar: Ragam Koleksi PN Jeruk Indonesia dan berbagai varietas unggul jeruk spesifik lokasi yang telah didaftarkan
Artinya kita bisa menjawab bahwa jeruk keprok nasional mampu menggeser keberadaan jeruk impor yang beredar di Indonesia asalkan kita semua khususnya pemerintah Pusat dan Daerah, pelaku agribisnis jeruk dan pihak pengusaha /swasta termasuk BUMN mempunyai komitmen tinggi untuk mendukung pengembangan jeruk keprok nasional.
Institusi terkait dalam pengembangan jeruk keprok nasional adalah: Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi Hortikultura, Direktorat Perlindungan Hortikultura, Direktorat Jenderal Hortikultura, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Litbang Pertanian, Direktorat Perluasaan Areal, Direktorat Pengelolaan Lahan, Direktorat Perluasaan Air, Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air, Direktorat Mutu dan Standardisasi, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, serta Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Sub Tropika.
Potensi Yang Dimiliki
1. Sentra Produksi Jeruk Keprok
Ke depan pengembangan jeruk keprok perlu diutamakan dengan cara pengurangan dominasi jeruk Siam sampai 50 – 60 %. Sentra produksi jeruk keprok saat ini banyak dijumpai di Jawa Timur khususnya di daerah Batu, Jember dan Banyuwangi, Jawa Barat di daerah Garut, NTT di daerah Timor Timur Selatan, dan Bali. Di samping daerah tersebut, ada beberapa sentra areal jeruk yang berpotensi dikembangkan seperti Brastagi (Sumatera Utara), Kerinci (Jambi), dan Kepulauan Selayar (Sulawesi Selatan) serta Kalimantan Timur mengingat sumber daya alamnya mempunyai keunggulan untuk meghasilkan jeruk keprok berkualitas ekspor. Jika sentra jeruk ini dikembangkan secara terprogram dan berkelanjutan dipastikan jeruk keprok nasional akan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.
2. Tingginya Keragaman Plasma Nutfah Jeruk dan Ketersediaan Varietas Unggul Jeruk Keprok
Keragaman sumber daya genetik jeruk sangat tinggi, hal ini terbukti dengan banyaknya asesi atau varietas yang telah dikoleksi di Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) Batu, Jawa Timur yang berasal dari hasil eksplorasi maupun hasil introduksi. Saat ini, Indonesia memiliki beberapa varietas unggul jeruk keprok yang kualitasnya dapat menandingi jeruk impor. Beberapa varietas jeruk keprok komersial hasil seleksi Balitjestro maupun dari Pemerintah Daerah yang sudah dilepas oleh Kementrian Pertanian dengan kualitas buah yang tidak kalah dengan jeruk impor antara lain Keprok Batu 55 berasal; dari Batu, Jawa Timur, keprok Garut dari Jawa Barat, keprok Pulung dari Jawa Timur, keprok Tawangmangu dari Jawa Tengah, dan keprok SOE dari NTT. Jenis keprok lainnya seperti keprok Tejakula (Bali), keprok Madura, keprok Borneo Prima (Kaltim) dan keprok Trigas (Kalbar) tampaknya juga dapat berpotensi untuk dikembangkan di masa mendatang khususnya untuk dataran rendah.
3. Ketersediaan Benih Jeruk Bebas Penyakit
Hal terpenting dalam pengembangan agribisnis jeruk di Indonesia adalah ketersediaan benih jeruk bebas penyakit. Sistem produksi dan alur benih jeruk sudah berjalan dengan baik dan telah diterapkan di Indonesia. Salah satu mandate Balitjestro adalah memproduksi dan mendistribusikan benih sumber jeruk bebas penyakit. Hingga saat ini, telah dibangun BF maupun BPMT jeruk masing-masing di 16 dan 18 Provinsi melalui pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang sumber benihnya berasal dari Balitjestro.
Oleh: Emi Budiyati
Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian