Jeruk nipis (citrus aurantifolia) yang ada di Kutai Barat bukan merupakan tanaman asli daerah. Menurut sejarah bahwa tanaman jeruk nipis yang ada di Indonesia berasal dari Birma Utara, Cina Selatan, India sebelah utara, tepatnya di Himalaya serta Malaysia yang dibawa oleh orang Belanda. Jeruk nipis mempunyai banyak nama daerah, diantaranya: jeruk pecel (Jawa), limau nipis (Kalimantan), jeruk dhurga (Madura) dan ,jeruk mipis (Sunda ).
Daerah sentra penanaman jeruk nipis di Indonesia antara lain: Kabupaten Jombang dan Tulung Agung (Jatim), Salatiga (Jateng) dan Kabupaten Kutai Barat (Kaltim). Tanaman jeruk nipis di Kabupaten Kutai Barat sudah ada sejak sekitar tahun 1960, tepatnya berada di kecamatan Melak dan Long Iram, dibudidayakan di lahan tepi sungai Mahakam dan lahan agak masuk ke dalam hutan. dengan pengelolaan kebun kurang intensif .
Pemerintah propinsi Kalimantan Timur melalui Dinas Pertanian Propinsi Kalimantan Timur mengembangkan komoditas buah lokal, khususnya jeruk Kaltim dengan mengajak kerjasama Balitjestro untuk melukakan eksploarasi dan identifikasi calon pohon induk jeruk yang bernilai ekonomis untuk dikembangkan dan sekaligus menyiapkan calon pohon induk jeruk bebas dari 7 macam penyakit sistemik di Blok Fondasi
Balitjestro mempunyai 210 varietas jeruk, diantaranya 3 varietas jeruk nipis yaitu varietas lokal dari Wajak (kabupaten Malang), varietas Mexican dan Bearss asal introduksi. Eksplorasi ke Kutai Barat bertujuan untuk mendapatkan jeruk nipis varietas baru yang akan menambah kekayaan plasmanutfah perjerukan di Indonesia yaitu sebagai tanaman koleksi serta berfungsi sebagai bahan rakitan varietas bagi pemulia tanaman jeruk.
Hasil Perburuan
Perjalanan dari Samarinda ke Kabupaten Kutai Barat ditempuh selama ± 7 jam melalui jalan darat. Perburuan jeruk nipis di awali menuju ke desa Benangaq, kecamatan Melak, menyusuri kebun jeruk nipis yang berada di perkampungan maupun di tepian sungai Mahakam menggunakan alat transportasi perahu air bermesin ukuran kecil, yang disebut dengan ”Ketinting”.
Sumber bibit yang ditanam berasal dari biji sehingga memungkinkan terjadinya keragaman sifat semakin besar. Pertanaman rata-rata banyak yang merana sebagai akibat sering terkena banjir akibat luapan sungai Mahakam sehingga sampai saat ini kondisi tanaman tidak terpelihara. Luapan air sungai Mahakam menyebabkan tanaman roboh, beberapa minggu kemudian ranting dan cabang tanaman yang bersentuhan dengan permukaan tanah mengeluarkan akar atau biji dari buah yang sudah masak jatuh dan tumbuh menjadi tanaman baru. Setiap rumpun tanaman mencapai lebih dari 10 pohon. Habitus tanaman tidak lagi tampak seperti tanaman batang dengan jarak tanam yang beraturan tetapi lebih menyerupai rumpun tanaman yang tumbuhnya menyebar tidak beraturan sehingga menyulitkan panen maupun tindakan pengelolaan kebun lainnya.
Di Desa Benangaq didapatkan 1 pohon jeruk nipis berumur 28 tahun yang diduga mempunyai buah berbiji sedikit (< 5) atau bahkan tidak berbiji. Tetapi karena pada saat pengambilan contoh jumlah buah masih sedikit dan belum ada yang masak, maka tanaman tersebut belum memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Untuk menentukan/mengidentifikasi tanaman berbiji maka dilakukan dengan membelah contoh buah pada setiap pohon yang diambil dari ranting yang letaknya menyebar berada di sebelah timur, barat, utara dan selatan.
Perburuan dilanjutkan ke desa Mujan, kecamatan Long Iram dengan menyusuri sungai Mahakam, berkendaraan ketinting. Diketemukan 5 pohon jeruk nipis berbiji sedikit – tidak berbiji , milik pak Yusran. Dua pohon berumur 28 tahun yang berasal dari tanaman ditepi sungai Mahakam sedangkan 3 (tiga) pohon yang telah berumur 17 tahun berasal dari tanaman yang berada di hutan.. Sumber bibit berasal dari cangkokan, yang induknya milik nenek pak Yusran yang asli berasal dari kecamatan Melak. Pada awal penanaman kondisi tanaman terawat baik dan ditata dengan menggunakan jarak tanam 6 X 8 m. Sebagai akibat sering terkena banjir luapan sungai Mahakam maka semua tanaman roboh. Ranting dan cabang tanaman yang bersentuhan dengan permukaan tanah mengeluarkan akar tumbuh menjadi tanaman baru. Setiap rumpun tanaman tumbuh lebih dari 10 pohon. Habitus tanaman tidak lagi tampak seperti tanaman batang dengan jarak tanam yang beraturan tetapi lebih menyerupai rumpun tanaman yang tumbuhnya menyebar tidak beraturan sehingga menyulitkan panen maupun tindakan pengelolaan kebun lainnya.
Hasil seleksi
Dari 6 pohon yang dipilih, telah ditentukan satu tanaman terbaik, dan berdasarkan hasil evaluasi sifat fisik dan potensi hasil buah maka ditetapkan bahwa tanaman berumur 19 tahun milik pak Yusran ditetapkan sebagai calon Pohon Induk Tunggal (PIT) yang diusulkan sebagai varietas unggul Nipis Kutai Barat..
Jeruk Nipis Kutai Barat memiliki keunggulan terutama berbiji sedikit sampai dengan tidak berbiji (seedless) yang beraroma khas dan agak harum, bentuknya bundar apabila dibanding dengan jeruk nipis dari daerah lainnya. Potensi hasil Nipis Kutai Barat dapat mencapai 3000-4000 buah = 190-230 kg/pohon/tahun dan dapat panen dalam waktu 4 kali dalam satu tahun merupakan tanaman yang rajin berbuah serta budidayanya tidak terlalu sulit. Potensi ekonomis juga merupakan salah satu keunggulan Nipis Kutai Barat, hasil komunikasi pribadi dengan beberapa petani dan pedagang buah menyebutkan bahwa harga jual buah jeruk nipis ini dapat ditingkat karena petani tidak mengetahui informasi pasar dan dijual dalam bentuk curah, tidak dilakukan seleksi antara nipis berbiji dan tanpa biji ataupun perlakuan lainnya. Dengan demikian bahwa apabila dilakukan seleksi dan perlakuan buah akan meningkatkan harga jual sehingga mempunyai peluang ekonomi yang sangat menjanjikan.
Hasil pengamatan terhadap keberadaan hama dan penyakit jeruk Nipis Kutai Timur bahwa ada serangan hama tupai yang memakan kulit batang dan cabang, benalu, sedangkan penyakit yang menyerang adalah: Xanthomonas, cendawan jelaga, jamur kerak batang dan ranting kering. (Setiono)